Sabtu, 16 Oktober 2010

ADIK MATI KELAPARAN

ADIK MATI KELAPARAN

Dua orang laki-laki kakak beradik hidup di suatu daerah. Yang kakak sudah dewasa dan yang adiknya masih kecil sekali. Di sekitar mereka berdua juga banyak sekali penduduk. Pada suatu hari kakaknya menikah dengan seorang perempuan.

Selama mereka bertiga hidup, perempuan itu kurang memperhatikan kepentingan adik kecil tersebut. Petatas yang kecil, keladi yang kecil dan air minum yang kotor itulah yang menjadi bagian adik kecil. Suatu sore semua pemuda di kampong itu sepakat untuk pergi memasang jerat di hutan.

Sebelum berangkat mereka berpesan agar, kaum ibu mengantar bahan makanan setelah enam hari. Keesokan harinya mereka berangkat. Adik kecilpun mengikuti kakaknya.

Selama dua hari mereka di perjalanan dan akhirnya tiba pada kemah perburuan. Pada malam harinya mereka tidur nyenyak karena sepanjang hari berjalan jauh. Keesokan harinya mereka memasang jerat kuskus. Malam kedua telah lewat dan siang hari tiu mereka mendatanggi jerat-jerat itu. Ternyata banyak sekali kuskus besar dan kecil yang terjerat. Kuskus itu dibawah ke rumah masing-masing. Sementara itu bahan makanan telah habis karena itu selama dua hari mereka tidak menikmati makanan. Ibu-ibu yang sudah dipesan itu belum kunjunggi tiba. Adik kecil itu hanya tidur-tiduran saja karena amat lapar sedangkan kakaknya mendatanggi jerat lagi kalau-kalau kuskus terjerat.

Pada siang hari istri kakaknya tiba dengan beberapa noken petatas masak dan mentah. Ibu itu melepaskan noken petatas masak dan keladi di sebelah tungku api. Ia tidak memberikan petatas dan keladi kepada adik kecil yang sedang lapar sekali itu, pada hal adik kecil itu sementara amat lapar. Karena itu adik kecil tetap tidur-tiduran saja.

Sore hari kakaknya muncul, ia amat senang sebab istrinya sudah tiba. Istri memberikan sejumlah petatas masak kepada suami. Tanpa berpikir panjang kakaknya makan petatas dan keladi itu dengan menutup mata. Ia makan terus sampai habis. Seusai kakaknya makan, adik kecil yang sedang amat lapar ini menyanyikan sebuah gowai (puisi) sebagai berikut “kakakku, kakakku bukan kakakku lagi, dengarkanlah kataku, seruanku, adikmu, akulah adikmu, kososnglah isi perutku, lepaslah ususku, putuslah ususku, inilah nasibku”.

Seusai gowai (puisi) ini diucapkan adik kecil menghembuskan nafas terakhir. Disinilah kakaknya menyadari bahwa istri tidak memberi makan kepada adiknya, maka ia mengambil busur anak panah lalu membunuh istrinya. Dengan demikian mayat adiknya serta istrinya di letakkan diatas sebuah para-para lalu pulang ke rumahnya dan hidup selama-lamanya.

ADIK MATI KELAPARAN

ADIK MATI KELAPARAN

Dua orang laki-laki kakak beradik hidup di suatu daerah. Yang kakak sudah dewasa dan yang adiknya masih kecil sekali. Di sekitar mereka berdua juga banyak sekali penduduk. Pada suatu hari kakaknya menikah dengan seorang perempuan.

Selama mereka bertiga hidup, perempuan itu kurang memperhatikan kepentingan adik kecil tersebut. Petatas yang kecil, keladi yang kecil dan air minum yang kotor itulah yang menjadi bagian adik kecil. Suatu sore semua pemuda di kampong itu sepakat untuk pergi memasang jerat di hutan.

Sebelum berangkat mereka berpesan agar, kaum ibu mengantar bahan makanan setelah enam hari. Keesokan harinya mereka berangkat. Adik kecilpun mengikuti kakaknya.

Selama dua hari mereka di perjalanan dan akhirnya tiba pada kemah perburuan. Pada malam harinya mereka tidur nyenyak karena sepanjang hari berjalan jauh. Keesokan harinya mereka memasang jerat kuskus. Malam kedua telah lewat dan siang hari tiu mereka mendatanggi jerat-jerat itu. Ternyata banyak sekali kuskus besar dan kecil yang terjerat. Kuskus itu dibawah ke rumah masing-masing. Sementara itu bahan makanan telah habis karena itu selama dua hari mereka tidak menikmati makanan. Ibu-ibu yang sudah dipesan itu belum kunjunggi tiba. Adik kecil itu hanya tidur-tiduran saja karena amat lapar sedangkan kakaknya mendatanggi jerat lagi kalau-kalau kuskus terjerat.

Pada siang hari istri kakaknya tiba dengan beberapa noken petatas masak dan mentah. Ibu itu melepaskan noken petatas masak dan keladi di sebelah tungku api. Ia tidak memberikan petatas dan keladi kepada adik kecil yang sedang lapar sekali itu, pada hal adik kecil itu sementara amat lapar. Karena itu adik kecil tetap tidur-tiduran saja.

Sore hari kakaknya muncul, ia amat senang sebab istrinya sudah tiba. Istri memberikan sejumlah petatas masak kepada suami. Tanpa berpikir panjang kakaknya makan petatas dan keladi itu dengan menutup mata. Ia makan terus sampai habis. Seusai kakaknya makan, adik kecil yang sedang amat lapar ini menyanyikan sebuah gowai (puisi) sebagai berikut “kakakku, kakakku bukan kakakku lagi, dengarkanlah kataku, seruanku, adikmu, akulah adikmu, kososnglah isi perutku, lepaslah ususku, putuslah ususku, inilah nasibku”.

Seusai gowai (puisi) ini diucapkan adik kecil menghembuskan nafas terakhir. Disinilah kakaknya menyadari bahwa istri tidak memberi makan kepada adiknya, maka ia mengambil busur anak panah lalu membunuh istrinya. Dengan demikian mayat adiknya serta istrinya di letakkan diatas sebuah para-para lalu pulang ke rumahnya dan hidup selama-lamanya.