Senin, 26 April 2010

Stop ! . . Transmigrasi ke Papua

JAYAPURA—Sebagai lanjutan dari seminar oleh Forum Mahasiswa Peduli Masyarakat Pegunungan Tengah (FMPMPT) Papua yang diketuai oleh Yustinus Asok di STT GKI Padang Bulan Hari Kamis (22/4) lalu, Senin (26/4) kemarin ratusan mahasiswa dengan dipimpin Yustinus Asok menggelar aksi demo. Dengan titik kumpul di depan Ruko depan Kantor Pos Abepura, Ratusan Mahasiswa yang pada umumnya adalah asal Pegunungan Tengah Papua mengawali dengan menggelar tiga spanduk dan orasi-orasi penolakan program transmigrasi era Otonomi Khusus. Yustinus Asok saat ditemui sesaat sebelum berangkat dengan menggunakan satu unit Jeep dan tuju truk untuk mengangkut massa ke kantor Gubernur Provinsi Papua mengatakan, demo tersebut lanjutan dari hasil seminar yang digelarnya. ‘’Demo ini lanjutan seminar yang kami selenggarakan kemarin di STT GKI Padang Bulan,’’ ungkapnya.
Sedangkan massa demo yang ikut, menurut Yustinus Asso adalah seluruh mahasiswa Papua dari perguruan-perguruan tinggi yang ada di Kota Jayapura. Tiga spanduk yang diusung antara lain berbunyi ‘Negara NKRI dan otonomi Khusus gagal menyelamatkan manusia Papua’, dan dua spanduk bertuliskan sama yakni ‘segera hentikan rencana transmigrasi di tanah Papua Tahun 2010’. Setelah sekitar setengah jam menggelar spanduk dan orasi penolakan program transmigrasi, massa langsung menuju kantor Gubernur Papua untuk menyampaikan aspirasinya ke Gubernur terkait dengan hasil seminar yang digelar di STT GKI padang Bulan. Massa tiba kantor gubernur sekitar pukul 13.00 WP dengan menumpangi lima buah truk. Sambil berlari-lari mengelilingi lapangan upacara Kantor Gubernur dan meneriakan suara-suara perang khas masyarakat Pegunungan Papua. Dalam orasi yang berlangsung sekitar tiga jam lebih itu, massa mendesak agar Gubernur Suebu menjelaskan arah dan kebijakan pembukaan kembali program tranmigrasi ke Papua dan akan ditempatkan di sejumlah wilayah di Pegunungan Tengah Papua. “Kami menolak trasmigrasi ke Papua, dan kami minta Gubernur untuk memberikan keterangan kepada kami apa tujuan dari prigram itu,” tegas Osama Yogobi dalam orasinya. Setelah melakukan orasi, massa akhirnya diterima Asisten I Bidang Pemerintahan setda provinsi Papua Drs. Elieser Renmaur didampingi Kepala Dinas Pencatatatan Sipil dan Pemukiman Provinsi Papua Ir Marthen Tangaran, kepada para pendemo mengatakan bahwa Gubernur Suebu saat ini tidak berada di tempat. “Pak Gubernur tidak ada ditempat, bila ingin bertemu gubernur tunggu setelah pelantikan Bupati Nabire tanggal 4 Mei nanti,” terang Renmaur. Mendengar penjelasan tersebut, massa yang sudah terbawa emosi seakan tidak percaya, beberapa kelompok massa bahkan mengancam untuk melakukan pengecekan langsung ke ruang kerja Gubernur, bahkan beberapa pot bunga yang berada di halaman kantor gubernur menjadi sasaran kemarahan massa. “Kami ingin gubernur untuk menjelaskan pada kami, hari ini juga,” teriak salah satu orator lewat megaphone yang disambut dengan teriakan-teriakan masa. Kenekatan pendemo dapat dicegah, setelah Kadis Pemukiman dan Ketenagakerjaan Provinsi Papua Marthen Tangaran, memberikan penjelasan langsung kepada masa. “saya terus terang tidak tahu menahu soal program itu, dan untuk diketahui bahwa program transmigrasi ke Papua sudah ditutup sejak tahun 2002, tidak ada lagi transmigrasi ke Papua,” jelas Tangaran melanjutkan keterangan Renmaur. Walaupun ancaman untuk menggelar aksi hingga malam itu tidak berlanjut, namun massa yang secara berangsur-angsur membubarkan diri itu berjanji akan kembali melakukan aksi nekatnya di kantor Gubernur, bila Gubernur tidak secara resmi memberikan keterangan soal program transmigrasi tersebut. Sekedar diketahui, Informasi penghidupan kembali Program transmigrasi ini dihembuskan oleh DPR Papua beberapa pekan lalu melalui beberapa anggotanya, yang menyebutkan bahwa Gubernur Provinsi Papua Barnabas Suebu SH telah melakukan penandatanhan MoU Program Transigrasi 2010 ke sejumlah wilayah di pegunungan tengah Papua.